Kabupaten Wajo merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan. Ibukotanya Sengkang, sekitar 242 km dari kota Makassar (ibukota Propinsi Sulawesi Selatan). Dapat ditempuh sekitar 4 jam dengan menggunakan mobil. Dari kota Pare-Pare, pusat kawasan pengembangan ekonomi terpadu di Propinsi Sulawesi Selatan, sekitar 87 km.
Daerah ini terletak pada koordinat antara 3o39’ sampai 4o16’ lintang selatan dan 119o53’ sampai 120o27’ bujur timur. Di sebelah selatannya berbatasan dengan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu, di sebelah timur dengan Teluk Bone, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sidrap.
Kabupaten Wajo mempunyai wilayah seluas 2.506,19 km (4,01 % dari luas wilayah Propinsi Sulawesi Selatan). Berada pada ketinggian 0 hingga 500 m di atas permukaan laut, dihuni oleh sekitar 400.000 penduduk secara administratif, wilayah tersebut dari 14 kecamatan, 45 kelurahan, dan 131 desa, terbagi dalam 4 dimensi, yaitu tanah berbukit, dataran rendah, danau dan laut. Lahan berbukit terbentang dari selatan ke utara. Dataran rendah terletak dibagian timur, selatan, tengah, dan barat. Danau terletak dibagian barat yaitu Danau Tempe. Penghasil terbesar ikan air tawar di Propinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pesisir pantai membentang di sebelah timur, menghadap Teluk Bone, sepanjang 103 km garis pantai.
Kabupaten Wajo memiliki iklim tropis dengan suhu udara antara 29 sampai 30oC, kelembaban udara berkisar 74 sampai 82 %, dengan kecepatan angina rata-rata 1,30 m per detik. Rata-rata curah hujan pertahun berkisar 3.000 mm dengan 120 hari hujan. Bulan April sampai Juli merupakan musim hujan, dan bulan Juli sampai Oktober merupakan musim kemarau. Sedangkan antara bulan Nopember sampai Maret merupakan musim lembab.
KAWASAN WISATA ATAKKAE
Kawasan wisata atakkae adalah salah satu kawasan yang memiliki daya tarik tersendiri yang memikat, memberikan pengalaman fantastis bagi wisatawan, serta menambah pengetahuan pengunjung. Hamparan danau Lampulung yang sangat menarik, menyajikan panorama alam yang natural, dengan latar belakang kehidupan sosial budaya masyarakat nelayan tradisional, terdapat berbagai jenis burung dengan kicauannya yang menyambut dan menyapa pengunjung, semilir angin menambah kesejukan kawasan ini. Dalam kawasan, terbangun rumah adapt besar yang memiliki 101 tiang yang dinamakan “SAORAJA LATENRIBALI”, yang didalamnya terdapat showroom alat nelayan tradisional yang dapat memberikan gambaran kehidupan nelayan Wajo, dan terdapat pula beberapa rumah tradisional yang dibangun oleh instansi pemerintah, kecamatan, dan swasta yang ditata dalam kawasan ini, sehingga sangat potensial untuk menyelenggarakan kegiatan seperti pameran, konferensi, rapat, pertemuan, dan kegiatan impresariat yang dilengkapi fasilitas pendukung. Setiap tahunnya, dalam kawasan ini diselenggarakan atraksi budaya, scout camping, olahraga, dan kegiatan lainnya.
GOA NIPPON
Keberadaan Goa Nippon merupakan bukti sejarah peninggalan tentara Jepang pada perang dunia II, ada goa yang berbentuk huruf “L, I, U” dan lainnya. Bagi pengunjung yang ingin berimajinasi dan bernostalgia untuk mengenang masa lampau. Di lokasi terdapat berbagai benda khas peninggalan zaman Jepang. Dipandu oleh petugas yang akan menjelaskan goa sejarah ini sehingga pengunjung memiliki pengalaman dan pengetahuan baru tentang zaman pendudukan Jepang di Kabupaten Wajo.
KAWASAN WISATA BENDUNGAN & KOLAM RENANG KALOLA
Kawasan ini sangat representative untuk rekreasi pada saat liburan dan berakhir pecan. Bendungan yang berdiri kokoh dengan latar belakang hamparan air yang luas dan kegiatan nelayan yang menangkap ikan dengan menggunakan peralatan tradisional. Di sekitar kawasan terdapat kolam renang yang dilengkapi dengan pondok wisata ssebgai tempat peristirahatan dan akomodasi yang ingin menginap. Terdapat hutang lindung yang lebat, sangat menarik wisatawan yang suka berpetualang dan trakking. Wisatawan dapat memancing dan mengadakan perkemahan di lokasi tersebut.
DANAU TEMPE
Danau Tempe sebagai salah satu daya tarik wisata alam unggulan termashur di Sulawesi Selatan, setiap tahunnya telah banyak dikunjungi berbagai wisatawan mancanegara dari berbagai negara maupun wisatawan dari berbagai daerah. Waktu yang ditempuh untuk sampai pada pertengahan areal Danau Tempe diperkirakan selama 30 menit dengan perahu motor (katinting). Dalam perjalanan wisatawan dapat menyaksikan atraksi berupa kegiatan masyarakat pesisir Danau Tempe dan Rumah Terapung bernuansa bugis sepanjang tepian danau.
Di tengah danauterdapat perkampungan terapung nelayan yang menghiasi danau yang luasnya ± 13.000 hektar. Aktivitas nelayan menangkap ikan dengan peralatan tradisional, pengolahan ikan hasil tangkapan dan hilir mudik nelayan dan masyarakat mencerminkan keunikan budaya nelayan khas Kabupaten Wajo. Wisatawan dapat menikmati panorama alam sambil menyaksikan berbagai jenis burung sedang menyambar ikan yang muncul di permukaan air, sesekali kicauan burung mengiringi perjalanan wisatawan dan berbagai jenis bunga air bertebaran dihampir seluruh kawasan menambah keindahan danau. Sambil bersantai di atas perahu, wisatawan dapat memancing sambil menyaksikan terbitnya matahari di ufuk timur dan terbenamnya matahari di ufuk barat dan pada malam hari wisatawan dapat menikmati terang bulan bagi yang menginap di rumah nelayan.
Setiap tahunnya, masyarakat nelayan mengadakan upacara ritual “Maccera Tappareng” atau mensucikan danau agar lebih produktif dengan penyembelihan hewan kurban dan penyediaan sesajen. Dengan memeriahkan acara ritual ini maka diadakan berbagai pagelaran atraksi kebudayaan khas Kabupaten Wajo, sehingga akan terpadu antara atraksi kebudayaan dan keindahan alam Kabupaten Wajo.
AGRO WISATA SUTERA
Pengembangan sutera Kabupaten Wajo tidak hanya menarik pebisnis dunia pasar, tapi nilainya yang tinggi dan proses pembuatannya menimbulkan rasa penasaran bagi pecinta wisata agro untuk datang. Penghasil kain terbesar di Sulawesi Selatan yang terbuat dari bahan kokon yang merupakan hasil pemeliharaan ulat sutera, dibuat dari serat sutera yang dihasilkan oleh larva matang yang pakannya adalah daun murbei. Kemudian dipintal menjadi benang sutera. Proses pemintalan dari benang, kain, dan kemudian menjadi sarung merupakan atraksi sendiri bagi wisatawan. Saat ini, penanaman daun murbei hingga pengembangbiakan dan pemeliharaan ulat sutera telah masuk dalam daftar kunjungan. Puas rasanya berkunjung di kota ini jika pulang dengan membawa souvenir yang terbuat dari kain sutera untuk keluarga dan sahabat.
KAWASAN WISATA PADDUPPA
Kawasan wisata Paddupa terletak pada areal tepian sungai Cenranae merupakan salah satu daya tarik wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan terkadang wisatawan asing untuk melihat kegiatan masyarakat seperti mencuci, mandi, memancing, dan menangkap ikan dengan menggunakan alat tradisional. Di salah satu tepi sungai dimanfaatkan sebagai pasar malam menjual cakar (pakaian bebas) pada setiap malam minggu. Untuk mencapai tepian yang lain dapat ditempuh dengan menggunakan jembatan gantung. Di areal ini terdapat Ria Café yang menyajikan berbagai makanan dan minuman sambil menyanyikan lagu kesayangan wisatawan, terdapat pula Pusat Pelayanan Informasi Wisata yang dapat melayani wisatawan yang ingin mengetahui potensi kepariwisatawan Kabupaten Wajo, serta panggung yang dapat digunakan untuk latihan menari, pertunjukan, dan lain-lain.
ATRAKSI PERNIKAHAN
Atrakasi pernikahan dan ritual lainnya dapat disaksikan, yaitu Mappacci, Mappanre Lebbe, dan Mappasilellung Botting. Mappaci merupakan sejenis rangkaian proses dalam pesta perkawinan yang dilaksanaksan dengan melettakkan daun pacar (pacci) dari sanak keluarga kepada tangan pengantin sebagai bentuk pensucian diri. Mappasilellung Botting dilaksanakan setelah malam usai pesta perkawinan, dimana pengantin pria selalu mengejar wanitanya sebagai upaya untuk saling mengakrabkan pengantin.
SITUS TOSORA
Objek wisata ini terletak sekitar 16 km di sebelah timur Kota Sengkang. Tepatnya di Desa Tosora, Kecamatan Majauleng. Lokasi ini dapat dijangkau dengan menggunakan sepeda motor atau mobil. Tosora adalah daerah bekas ibu kota Kab. Wajo sekitar abad ke-17 . wilayah ini dikelilingi 8 buah danau kecil. Banyak peninggalan sejarah dan kepuberkalaan yang terdapat di sini, misalnya makam raja-raja Wajo, bekas gedung amunisi kerajaan (geddong), mesjid kuno yang yang dibangun tahun 1621, dan makam yang bernisan meriam. Di sini juga terdapat sumur “Bung Parani”, tempat prajurit-prajurit tempo dulu dimandikan sebelum terjun ke medan perang.
PUSAT WISATA KULINER “TUAK MANIS” PALAGUNA
Bagi wisatawan atau pengunjung yang ingin menikmati sajian minuman tradisional “Tuak Manis”sambil bersantai bersama keluarga, kerabat, dan kolega dapat mengunjungi Palaguna sekitar lima menit dari kota Sengkang (Akses menuju Kabupaten Soppeng) dengan transportasi baik dan lancar.
Minggu, 07 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar